Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi


Cara Merawat Bayi Bila Muntah-muntah

Posted: 16 Jan 2013 07:15 AM PST

Cara Merawat Bayi Bila Muntah-muntah

Muntah-muntah yang terjadi pada beberapa bulan pertama umumnya adalah sebagai berikut:

a. Gangguan meludah ini karena bayi menelan susu atau ASI dan udara, sementara udara berada di bawah susu saat berada dalam perut. Ketika perut bayi berkontraksi, udara keluar dari dalam perut dan membawa susu masuk kembali ke kerongkongan. Bisa juga karena bayi baru belajar menyusu, ia mengisap terlalu banyak atau terlalu cepat. Bayi yang dipeluk terlalu keras setelah makan juga terpicu untuk muntah.

Mengatasinya:
• Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
• Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
• Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
• Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
• Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

b. Alergi terhadap susu formula atau alergen dalam ASI  makanan yang dimakan ibu dapat berpengaruh pada bayi, terutama bila ia sangat peka. Tanda-tanda adanya kepekaan terhadap makanan sebaga penyebab kerewelan, sakit perut, serta tingkah laku gelisah, adalah pola yang disebut dengan kolik 24 jam – yaitu rasa sakit yang terjadi maksimum 24 jam setelah ibu mengonsumsi makanan yang dicurigai, tetapi hal itu tidak terjadi lagi sampai ibu mengonsumsi lagi makanan yang sama.

Umumnya makanan yang berpotensi mengganggu dalam ASI adalah produk olahan-berbahan-susu, makanan atau minuman yang mengandung kafein (minuman ringan, cokelat, kopi, teh, dan sebagainya), biji-bijian dan kacang-kacangan (gandum, jagung, kacang tanah, dan lain-lain), makanan pedas, dan makanan yang mengandung gas (brokoli, bawang putih, tauge, cabai hijau, kembang kol, kubis).

c. Gangguan usus atau kemacetan di dalam usus yang membuat susu tidak dapat melintas sehingga kembali ke kerongkongan. Yang paling umum dalam kondisi ini adalah stenosis pylorus. Tanda-tandanya adalah:
• bayi muntah dengan semburan yang sangat kuat dan terjadi terus-menerus
• berat tubuh berkurang atau gagal memperoleh kenaikan berat badan
• terjadi tanda dehidrasi: kulit berkerut, mulut kering, mata kering, dan jumlah popok kotor berkurang
• perut membengkak seperti balon setelah makan dan dikosongkan setelah muntah
• rasa lapar meningkat dan ia bersemangat makan, disusul dengan muntah dan kembali makan dengan bersemangat.

d. Gastroesophagal reflux, atau kondisi di mana isi lambung yang banyak mengandung asam naik kembali ke kerongkongan. Tanda-tandanya adalah:
• bayi sering menangis sangat keras dan sulit dibujuk untuk diam
• sering muntah-muntah, bahkan juga melalui hidung
• menderita rasa sakit di perut, siang, maupun malam
• bangun malam karena sakit
• rewel setelah makan, menarik-narik kaki dan lututnya ke arah dada
• sering bersendawa kering atau tersedak dan cegukan
• air liur keluar secara berlebihan

Perawatan untuk muntah biasanya hampir sama dengan diare, dan sebaiknya segera dibawa ke dokter. Inilah beberapa hal yang dapat dikomunikasikan ke dokter:
• Jelaskan bagaimana muntah dimulai, apakah tiba-tiba atau secara berangsur-angsur.
• Berupa apa muntahan yang terjadi, apakah berwarna jernih, hijau tua, mengental, atau asam? Apakah muntah itu hanya meludah atau disemburkan dengan kuat?
• Berapa sering bayi muntah?
• Berapa banyak muntahan yang dihasilkan setiap kali muntah?
• Apakah ada anggota di rumah yang sakit dengan tanda serupa?
• Apakah perut bayi terluka? Di mana dan berapa banyak? Apakah perutnya kembung seperti balon?
• Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi?
• Bagaimana kondisi bayi secara keseluruhan, lemah, tak bertenaga, riang, rewel, dan sebagainya?
• Apakah kondisi bayi semakin baik atau memburuk, atau sama saja?
• Perawatan yang telah coba Anda berikan.
• Adakah gejala penyakit lain, misalnya diare, demam, batuk?

Pada anak-anak balita yang lebih tua ketimbang bayi, muntah-muntah kadang-kadang juga disebabkan oleh keracunan makanan, yang sudah dibahas dalam beberapa edisi sebelumnya.

Cara Merawat Bayi Bila Muntah-muntah

Cara Merawat Bayi Muntah saat Makan

Posted: 15 Jan 2013 07:13 PM PST

Cara Merawat Bayi Muntah saat Makan

Mungkin ibu-ibu pernah mengalami kesulitan dalam memberikan makanan pada si bayi. Ia mengeluarkan makanan yang diberikan kepadanya alias memuntahkannya lagi. Ada yang bermasalahnya kala mulai pemberian makanan semi padat, semisal jus buah, bubur susu, atau biskuit. Tapi ada juga yang masalahnya muncul ketika mulai pemberian makanan padat, seperti nasi tim.

"Sebenarnya, masalah ini tak perlu terlalu dikhawatirkan. Hanya saja orang tua harus tahu apa yang jadi penyebabnya dan kemudian segera mengatasinya," kata dr. Kishore R.J, dari Paviliun Kartika RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Bila makanan tersebut baru dimasukkan sudah dikeluarkan atau dimuntahkan lagi, mungkin masalahnya ada di sekitar mulut.

"Bisa karena proses menelannya belum bagus atau bayinya tak suka dengan makanan tersebut." Bila demikian, tak perlu khawatir, karena biasanya tak berlangsung lama, hanya pada awal-awal perkenalan makanan semi padat dan padat saja. Namun bila dikeluarkan atau dimuntahkannya setelah beberapa lama makanan tersebut masuk ke lambung, misal, setelah setengah jam, berarti ada kemungkinan gangguan di pencernaannya.

Refleks Menelan Belum Bagus

Bila karena refleks menelannya memang belum bagus, terang Kishore lebih lanjut, ketika makanan ditaruh di bagian depan lidahnya, si bayi berusaha menelannya dengan menjulurkan lidahnya. Namun bukannya bisa masuk, malah makanannya jadi keluar lagi. Seperti halnya bayi mau belajar merangkak, kadang jalannya bukannya maju malah mundur karena koordinasi motoriknya belum bagus. Sementara kalau dia mengisap ASI, tak jadi masalah, karena puting ada di belakang lidahnya. "Tentunya tak mungkin kita taruh makanan di belakang lidahnya, bukan?"

Adakalanya bayi merasa kesal karena tak bisa menelannya hingga ia pun menangis. "Seringkali bila hal ini terjadi, pengasuh atau orang tua malah memaksakan pemberiannya. Misal, dengan menaruh si bayi di posisi mendatar, lalu mencekoki makanannya. Otomatis bayi akan membatukkannya hingga terjadi muntah. Peristiwa ini berbahaya sekali, karena saat itu makanan bisa masuk ke saluran napas dan menyumbatnya hingga berakibat fatal."

Refleks menelan ini, papar Kishore, akan membaik dengan sendirinya. Tergantung kemampuan masing-masing bayi dalam menelan. Umumnya di atas usia 6 bulan.

Jika refleks menelannya belum baik dan bayi belum bisa menelan makanan padat, kita bisa mengatasinya dengan mengencerkan lagi makanannya hingga mudah baginya untuk menelan.

Tak Kenal Makanan

Jika bayi tak kenal atau tak suka dengan makanannya, baik yang semi padat ataupun padat, tentu akan ditolaknya. "Selama ini makanan yang diterima bayi selalu dalam bentuk cair. Sementara kini dia mulai mendapatkan makanan yang agak kental, semisal bubur susu, atau makanan agak padat, semisal nasi tim. Nah, karena tak kenal, pasti awalnya akan ditolaknya," papar Kishore.

Bila demikian kejadiannya, pemberiannya harus dimundurkan dengan cara agak diencerkan lagi. "Jangan memaksakan bayi dengan kemauan kita karena akan membuatnya trauma. Bisa jadi setiap kali melihat mangkuk makanan, dia jadi menangis karena takut dijejalkan. Kalau dia melihat ayah dan ibunya makan, dia pun akan menirunya. Jika dia meminta makanan, asalkan tak pedas, berikan saja. Jangan dilarang-larang karena akan membuatnya trauma."

Rasanya Berbeda

Ada pula bayi yang menolak nasi tim karena rasanya yang berbeda. Jangan lupa, selama 6 bulan pertama, bayi kenalnya hanya rasa manis. Nah, nasi tim tak manis seperti halnya bubur susu, kan? Jadi, ada kemungkinan dia tak suka karena rasanya tak manis.

Kalau bayi tak suka karena tak mengenal rasa nasi tim tersebut, bisa diupayakan agar si bayi belajar mengenal rasa. Jadi, Bu-Pak, rasanya yang harus diubah dan divariasikan. Misal, awalnya nasi tim tersebut diberi tambahan glukosa atau yang paling mudah adalah kecap manis, hingga rasa nasi tim tersebut masih ada manisnya. Semakin lama, kecapnya agak dikurangi hingga bayi mengenal rasa nasi tim yang lain.

Muntah juga bisa terjadi, misal, karena bayi kekenyangan makan atau minum ataupun karena bayinya mengulet hingga tekanan di perutnya tinggi, akibatnya susunya keluar lagi.

Gangguan Sfingter

Sementara bila karena ada gangguan di saluran cernanya, terang Kishore selanjutnya, kita tahu bahwa pada saluran pencernaan itu ada saluran makan (esophagus), yang berawal dari tenggorokan sampai lambung. Nah, pada saluran yang menuju lambung ini ada semacam klep atau katup yang dinamakan sfingter. Fungsinya untuk mencegah keluarnya kembali makanan yang sudah masuk ke lambung.

Umumnya sfingter pada bayi belum bagus dan akan membaik dengan sendirinya sejalan bertambahnya usia. Umumnya di atas usia 6 bulan. Namun, adakalanya di usia itu pun si bayi masih mengalami gangguan. Jadi, sifatnya sangat bervariasi.

Tentunya, kalau sfingter tak bagus, maka makanan yang masuk ke lambung bisa keluar lagi. Gejalanya biasanya kalau pada bayi akan lebih sering gumoh, terutama sehabis disusui. Apalagi bila ia ditidurkan dengan posisi telentang. Ingat, cairan selalu mencari tempat yang paling rendah, bukan? Begitupun bila setiap kali diberi makanan padat muntah, harus dicurigai sfingter-nya tak bagus. Apalagi bila berat badan bayinya tak naik-naik, misal selama 1-2 bulan.

Kadang ada juga sfingter dengan gangguan, yang disebut hipertropi pylorus stenosis, yaitu adanya otot pylorus yang menebal hingga makanan akan susah turun dari lambung ke usus, akhirnya keluar muntah. Gejalanya, tiap kali diberikan makanan padat akan muntah. Tapi kalau makanan cair tidak. Selain itu, berat badannya pun sulit naik. Jika gangguannya berat, makanan cair pun biasanya tak bisa lewat, hingga menganggu pertumbuhan si bayi karena tak ada penyerapan makanan. Biasanya kalau kejadiannya demikian, harus dilakukan tindakan operasi secepatnya untuk memperbaiki klepnya hingga saluran makanan dari lambung ke usus bisa jalan dengan lancar.

Namun kalau gangguannya ringan saja, misal, muntahnya jarang dan setelah dilakukan pemeriksaan dengan rontgen atau USG ditemui hipertropi sfingter ringan, berat badan anak tetap naik. Biasanya kalau kasusnya demikian, tindakan operasi bisa ditunda. Diharapkan dengan bertambahnya usia, bayi mulai berdiri tegak hingga makanan lebih mudah turun.

Cara Merawat Bayi Muntah saat Makan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi