Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi


Cara Memilih Susu Formula Terbaik Untuk Bayi

Posted: 18 May 2012 02:44 PM PDT

Cara Memilih Susu Formula Terbaik Untuk Bayi

Bagaimana strategi atau langkah yang tepat dalam melakukan pemilihan susu formula yang terbaik bagi anak. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan apakah anak mempunyai resiko alergi atau intoleransi susu sapi. Resiko ini terjadi bila ada salah satu atau kedua orangtua pernah mengalami alergi, asma atau ketidak cocokan terhadap susu sapi. Langkah ke dua, harus cermat dalam mengamati kondisi dan gangguan yang terjadi pada anak sejak lahir. Gejala yang harus di amati adalah gejala gangguan saluran cerna, gangguan perilaku dan gangguan organ tubuh lainnya sejak bayi lahir

Bila terdapat resiko alergi dan gejala lain seperti di atas, harus lebih cermat dalam melakukan pemilihan susu. Kalau perlu lakukan konsultasi lebih jauh kepada dokter spesialis alergi anak, gastroenterologi anak atau metabolik dan endokrinologi anak Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka panjang seperti sering batuk, sesak, diare (buang air besar > 2 kali perhari), sulit buang air besar. Bila terjadi sebaiknya harus lebih dicermati apakah gangguan ini berkaitan karena ketidakcocokan susu formula.

Sering terjadi overdiagnosis dalam menentukan anak menderita alergi susu sapi. Sebaiknya jangan terlalu cepat memvonis alergi susu sapi pada bayi. Reaksi alergi yang timbul bukan saja terjadi karena susu formula. Dalam pemberian ASI, diet yang dikonsumsi ibu juga dapat mengakibatkan gangguan alergi. Dalam keadaan bayi mengalami infeksi batuk, panas dan pilek sering mengalami gangguan seperti reaksi alergi khususnya pada kulit, saluran cerna dan hipersekresi bronkus (lendir yang berlebihan). Hal lain sering terjadi anak divonis alergi susu sapi padahal sebelumnya penggunaan susu sapi tidak menimbulkan masalah kesehatan. Alergi susu sapi biasanya semakin pertambahan usia akan semakin membaik, bukan sebaliknya. Alergi susu sapi biasanya terjadi sejak lahir. Bila gejala alergi baru timbul di atas usia 6 bulan, penyebabnya sangat mungkin bukan susu sapi. Kita harus mencermati alergi terhadap makanan lainnya yang biasanya mulai dikenalkan pada usia tersebut. Penderita alergi makanan, selain alergi terhadap susu sapi juga mengalami alergi terhadap makanan tertentu.

Bila mencurigai ketidak cocokan susu formula, jangan terlalu cepat memvonis susu sapi adalah penyebabnya. Ketidakcocokan susu formula belum tentu hanya karena kandungan susu sapinya. Gangguan bisa timbul karena kandungan yang terdapat dalam susu formula seperti gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya. Proses pengolahan bahan dasar susu sapi ternyata juga bisa berpengaruh. Beberapa cara proses pengolahan susu sapi tertentu dapat menghilangkan protein tertentu yang dapat menyebabkan gangguan alergi. Perbedaan ini dapat diamati dengan perbedaan bau susu formula tersebut. Susu sapi formula satu dengan yang lainnya kadang bau ketajaman susu sapinya berbeda. Penggantian ketidakcocokan susu formula tidak harus selalu dengan susu soya atau susu hipoalergenik. Jadi, bila mencurigai ketidak cocokan susu jangan terlalu cepat mengganti dengan susu soya atau susu hipoalergi lainnya. Bila gangguannya ringan dengan penggantian susu sapi formula yang sejenis gangguan tersebut dapat berkurang. Misalnya, penggantian susu yang tidak mengandung DHA gangguan kulit bisa menghilang. Buang air besar yang sulit dengan pengantian susu sapi tertentu yang tidak mengandung kelapa sawit gangguannya membaik. Demikian pula gangguan penderita yang sering batuk, dengan mengganti susu sapi formula tertentu dapat mengurangi gangguan itu. Selain ketidakcocokan susu, pertimbangan berikutnya dalam pemilihan susu adalah masalah harga. Sesuaikan pemilihan jenis susu dengan kondisi ekonomi keluarga. Harga susu tidak secara langsung berkaitan dengan kualitas kandungan gizinya. Meskipun susu tersebut murah belum tentu kalori, vitamin dan mineralnya kurang baik. Selama jumlah, jenisnya sesuai untuk usia anak dan tidak ada gangguan maka itu adalah susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak tersebut.

Secara umum semua susu formula yang beredar di Indonesia dan di dunia kandungan gizinya sama. Karena harus mengikuti standard RDA (Recomendation Dietery Allowence) dalam jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dengan kata lain penggunaan apapun merek susu sapi formula yang sesuai kondisi dan usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut.

Perbedaan harga tersebut mungkin dipengaruhi oleh penambahan kandungan AA, DHA dan sebagainya di dalam susu formula. Pertimbangan lainnya yang penting adalah mudah didapat, baik dalam hal tempat pembelian dan penyediaan produk. Berganti-ganti jenis susu untuk seorang anak tidak harus dikawatirkan selama tidak ada gangguan penerimaan susu tersebut. Bila tidak terdapat resiko dan gejala alergi langkah berikutnya coba susu formula yang sesuai usia anak apapun merek dan jenisnya. Amati tanda dan gejala yang ditimbulkan, bila tidak ada keluhan teruskan pemberian susu tersebut dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan anak.

sumber: childrengrowup.wordpress.com

Cara Memilih Susu Formula Terbaik Untuk Bayi

Cara Menangani Bayi Alergi Makanan

Posted: 18 May 2012 08:33 AM PDT

Cara Menangani Bayi Alergi Makanan

Penanganan gangguan gangguan alergi saluran cerna yang terjadi pada anak mudah sakit yang disebabkan karena alergi dan hipersensitifitas makanan pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan gangguan tersebut tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.

Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan.

Obat-obatan simtomatis anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen, ketotofen, kortikosteroid, serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi gejala sementara bahkan dalam keadaan tertentu seringkali tidak bermanfaat, umumnya mempunyai efisiensi rendah.

Untuk mencegah terjadinya infeksi berulang kita harus mengidentifikasi penyebab dan faktor resiko. Bila pada anak kita mengalami gejala alergi mungkin penyebab utamanya adalah faktor alergi. Penanganan alergi yang terpenting adalah penghindaran penyebab alergi khususnya penghindaran makanan tertentu harus dilakukan. Pemberian ASI ekslusif harus memperhatikan pola makan ibu saat pemberian ASI.

Faktor resiko infeksi berulang adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang harus diwaspadai adalah kontak terhadap paparan infeksi seperti anggota keluarga yang banyak, anggota keluarga yang juga mengalami infeksi berulang, perokok pasif, kolam renang, bepergian ke tempat umum yang padat pengunjung, sekolah terlalu dini dan penitipan anak saat ibu bekerja.

Dari pengamatan penulis penyebab utama anak mudah sakit adalah selain daya tahan tubuh menurun juga karena adanya kontak yang sering sakit dirumah, Gangguan orang yang mudah sakit ini sering ditandai badan sering ngilu, capek, lelah, nyeri tenggorokan, batuk, pilek berkepanjangan. Penderita seperti ini sering dianggap karena terlalu lelah atau alergi. Penderita alergi opada umumnya mudah mengalami infeksi. Namun seringkali sulit membedakan antara alergi dan infeksi, sehingga keluhan infeksi virus seringkali dianggap alergi. Kontak sakit yang sering sakit inipun harus diintervensi karena sebagai sumber penyebab orang sakit lainnya di rumah. Dan harusndicermati permasalahan nya seperti sama seperti yang di atas. Biasanya salah satu orang tua yang wajahnya sama akan punya karakteristik fenotip kesehatan yang sama. Artinya bila si Ayah yang srring sakit flu wajahnya sama dengan anak pertamanya, maka anak pertamanya tersebut juga akan beresiko sering sakit.

Pemberian imunisasi terutama influenza dan imunomudulator tertentu mungkin membantu mengurangi resiko ini. Tetapi pemberian vitamin dengan kandungan bahan dan rasa seperti ikan laut, aroma jeruk atau coklat mungkin akan memperparah masalah yang sudah ada. Pemberian imunisasi dan imunomudulator seringkali tidak banyak bermanfaat bila faktor penyebab utama alergi tidak diperbaiki. Karena, banyak kasus meskipun sudah melakukan imunsasi influenza dan minum vitamin rutin tetapi tetap saja sering sakit.

Pemberian antibiotika pada infeksi berulang tampaknya tidak harus diberikan karena penyebab yang paling sering adalah karena infeksi virus. Rekomendasi dan kampanye penyuluhan ke orangtua dan dokter yang telah dilakukan oleh kerjasama CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan AAP (American Academy of Pediatrics) memberikan pengertian yang benar tentang penggunaan antibiotika. Pilek, panas dan batuk adalah gejala dari Infeksi Pernapasan Atas yang disebabkan virus. Perubahan warna dahak dan ingus berubah menjadi kental kuning, berlendir dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis Infeksi Saluran Napas Atas karena virus, bukan merupaklan indikasi antibiotika. Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri Sedangkan pemberian antibiotika mungkin diperlukan pada penderita infeksi berulang dengan gangguan defisiensi imun primer, dan kasus ini sangat jarang terjadi.

Sumber: childrengrowup.wordpress.com

Cara Menangani Bayi Alergi Makanan

Cara Diagnosa Bayi Yang Alergi Makanan

Posted: 18 May 2012 03:30 AM PDT

Cara Diagnosa Bayi Yang Alergi Makanan

Diagnosis gangguan alergi saluran cerna yang terjadi pada anak mudah sakit dan diperberat alergi atau hipersensitif makanan dibuat bukan dengan tes alergi tetapi berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.

Untuk memastikan makanan penyebab alergi dan hipersensitifitas makanan harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.

Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Clinic Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan "Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana". Bila setelah dilakukan eliminasi beberapa penyebab alergi makanan selama 3 minggu didapatkan perbaikan dalam gangguan muntah tersebut, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah alergi makanan.

Pemeriksaan standar yang dipakai oleh para ahli alergi untuk mengetahui penyebab alergi adalah dengan tes kulit. Tes kulit ini bisa terdari tes gores, tes tusuk atau tes suntik. PEMERIKSAAN INI HANYA MEMASTIKAN ADANYA ALERGI ATAU TIDAK, BUKAN UNTUK MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas yang cukup baik, tetapi sayangnya spesifitasnya rendah. Sehingga seringkali terdapat false negatif, artinya hasil negatif belum tentu bukan penyebab alergi. Karena hal inilah maka sebaiknya tidak membolehkan makan makanan penyebab alergi hanya berdasarkan tes kulit ini.

Dalam waktu terakhir ini sering dipakai alat diagnosis yang masih sangat kontroversial atau "unproven diagnosis". Terdapat berbagai pemeriksaan dan tes untuk mengetahui penyebab alergi dengan akurasi yang sangat bervariasi. Secara ilmiah pemeriksaan ini masih tidak terbukti baik sebagai alat diagnosis. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test, BIORESONANSI), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad's Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.

Sumber: childrengrowup.wordpress.com

Cara Diagnosa Bayi Yang Alergi Makanan

Cara Mengusir Stress Bayi dengan Pemberian ASI

Posted: 17 May 2012 10:52 PM PDT

Cara Mengusir Stress Bayi dengan Pemberian ASI

ASI memang memiliki segudang manfaat! tidak hanya membantu mempercepat turunnya berat badan Ibu pasca melahirkan serta menambah daya tahan tubuh bayi dan anak. Juga ASI pun bisa mempengaruhi mental anak.

Sebuah penelitian dilakukan oleh peneliti asal inggris terhadap 9000 anak yang berumur 5 – 10 tahun. ditemukan anak – anak yang tidak mendapat ASI serta berasal dari Orang tua yang bercerai atau berpisah memiliki resiko mengalami kecemasan/stres yang berlebihan 9,4 kali lipat lebih banyak dari anak – anak lain. Sedangkan anak – anak yang berasal dari orang tua yang terpisah / bercerai namun mengkonsumsi ASI saat bayi hanya memiliki resiko mengalami kecemasan/stres yang berlebihan 2,2 kali dibanding anak – anak lain. Wuh! Angka yang sangat jauh!.

Selain kandungan ASI yang dapat mempengaruhi anak secara hormonal, sentuhan sang ibu terhadap anaknya saat menyusui serta kontak mata pada sikecil ternyata sangat berpengaruh terhadap psikologis anak dan perkembangannya. Nah kalau begitu Berikan ASI ekslusif pada anak anda ya!

Cara Mengusir Stress Bayi dengan Pemberian ASI

Gejala Alergi Makanan Pada Bayi

Posted: 17 May 2012 08:27 PM PDT

Gejala Alergi Makanan Pada Bayi

SALURAN NAPAS DAN HIDUNG : Batuk / pilek lama (>2 minggu), ASMA, bersin, hidung buntu, terutama malam dan pagi hari. MIMISAN, suara serak, SINUSITIS, sering menarik napas dalam.

KULIT : Kulit timbul BISUL, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Warna putih pada kulit seperti "panu". Sering menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena gatal. Kotoran telinga berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna).

SALURAN CERNA : Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak. MUAL pagi hari. Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan bau tajam. Sering NYERI PERUT.

GIGI DAN MULUT : Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan mudah berdarah, sering SARIAWAN, lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.

PEMBULUH DARAH Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering LEBAM KEBIRUAN pada tulang kering kaki atau pipi atas seperti bekas terbentur. Berdebar-debar, mudah pingsan, tekanan darah rendah.

OTOT DAN TULANG : nyeri kaki atau kadang tangan, sering minta dipijat terutama saat malam hari. Kadang nyeri dada

SALURAN KENCING : Sering minta kencing, BED WETTING (semalam ngompol 2-3 kali)

MATA : Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum). Kulit hitam di area bawah kelopak mata. memakai kaca mata (silindris) sejak usia 6-12 tahun.

HORMONAL : rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan pertumbuhan tinggi badan.
Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan meski dingin (malam/ac). Keringat berbau.

FATIQUE : mudah lelah, sering minta gendong

Gejala Alergi Makanan Pada Bayi

Konsumsi Vitamin A saat Hamil cegah Bibir Sumnbing Bayi

Posted: 17 May 2012 10:52 AM PDT

Konsumsi Vitamin A dikala Hamil Cegah Bibir Sumbing

gambar bayi lucuBagi anda yang tengah berbadan dua / hamil, mulai sekarang cobalah mengkonsumsi lebih banyak vitamin A, karena bias mengurangi resiko sumbing pada bayi. Penelitian yang dilakukan Anne Marte W Johansen dan timnya menimpulkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung vitamin A mampu mengurangi bahaya sumbing pada anak dibandingkan dengan ibu hamil yang kurang mengkonsumsi vitamin A. Penemuan ini dimasukan dalam jurnal kesehatan American Journal of Epidemiology.

Vitamin A yang dikonsumsi ibu hamil mempunyai sifat yang sangat menguntungkan bagi janin dan sangat baik untuk mengkonsumsi 3 mg vitamin A tiap hari. Untuk Sumber makan hewani, kandungan vitamin A dalam besar terdapat telur, daging ayam dan hati. Selain itu dapat diperoleh pula dari sayuran berwarna hijau, kuning atau merah, buah warna kuning atau merah.(m&k 08)

Konsumsi Vitamin A saat Hamil cegah Bibir Sumnbing Bayi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi