Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi


Mengenali 5 Tipe Bayi

Posted: 25 May 2012 08:56 AM PDT

Mengenali 5 Tipe Bayi

Apakah bayi Anda cenderung kalem, mudah tersenyum, pendiam atau tidak bisa diam, selalu sibuk, atau sulit diajak beristirahat? Bisa jadi dia termasuk anak yang selalu ingin dipahami dan sensitif atau senang mencari perhatian. Kepekaan Anda mengenali kelebihan dan kekurangannya seawal mungkin bisa menjadi bekal 'memperbaikinya' di kemudian hari.

Sejak usia 6 bulan, 'warna dasar' kepribadian anak mulai dapat dikenali. Kategori umum antara lain: difficult babies (cenderung sulit), easy babies (mudah diatur dan beradaptasi), dan slow to warm up babies (memiliki sifat antara sulit dan mudah). Di antara kategori tersebut ada beberapa variasi sesuai keunikan anak. Apa saja tipe bayi Anda?

1. Si Kalem. Selalu terlihat tenang, tak banyak bersuara dan selalu terlihat happy di mana pun ia berada. Ia juga mudah tertidur saat dikeloni. Makan adalah saat paling menyennagkan bagi Anda, karena ia mudah saja melahap makanan tanpa rewel. Tak bebarti si kalem tidak pernah menangis, namun dengan sedikit bujukan ia mudah ditenangkan.

Tantangan: Bayi tipe ini umumnya bukan anak yang berani mengambil risiko. Karenanya mereka relatif lebih lambat melewati tonggak-tonggak perkembangan fisik.
Saran: Sabar jika anak menunjukkan perkembangan lebih lambat di banding bayi lain. Buat ia lebih aktif, misalnya dengan mengajaknya ke tempat-tempat bermain yang marangsang aktivitas fisik. Ajarkan berbagai permainan seru dan menantang.

2. Si Super Sensitif. Tahu apa yang diinginkan sehingga sering tampak mendapatkan keinginanya dengan cara rewel. Jika keinginannya tidak tercapai, ia terlihat kesal atau menangis terus menerus. Apalagi Anda tak memahami apa yang diinginkannya. Tampaknya bayi terkesan sensitif terhadap berbagai perubahan yang terjadi mendadak.

Tantangan: Kerewelannya yang berlebihan membuat Anda lelah.
Saran: Lebih peka memahami kebutuhannya. Bayi berhenti rewel saat ia merasa Anda memahami keinginannya. Hindarkan stimulasi berlebihan karena kelelahan membuatnya rewel. Biasakan dengan rutinitas pasti.

3. Si Penjelajah. Tak bisa diam sejak bangun tidur hingga menjelang tidurlagi. Hanya butuh waktu tidur siang yang singkat dan gampang rewelketika terlihat bosan. Tampak suka mencoba hal-hal baru, sepertimenjatuhkan mainan atau meraih berbagai benda di sekelilingnya.Gerakannya luar biasa dan keingintahuannya besar, umumnya bayi tipe inisecara fisik lebih cepat melewati tahapan perkembangan. Mencoba dudukatau melangkahkan kakinya lebih awal tanpa takut.

Tantangan: Keingintahuannya yang besar bis ameningkatkan risiko celaka, misalnya memasukkan benda-benda kecil ke mulut atau menarik kabel listrik.
Saran: Tingkatkan pengawasan dan singkirkan benda-benda yang menyebabkan kecelakaan.

4. Si Penggembira. Selalu terlihat gembira, berteriak-teriak antusias atau tertawa terkekh-kekeh. Sangat suka mencari perhatian orang-orang di sekitarnya. Mudah dekat dengan orang yang belum pernah dikenalnya, dan senang apabila berasa di tengah keluarga maupun anak-anak lain.

Tantangan: Seakan-akan tidak bisa 'hidup' sendiri dan selalu butuh teman.
Saran: Ajarkan bayi menyibukkan dirinya dengan aktivitas lebih tenang. Miasalny, mendengarkan musik atau menyibukkan diri dengan play matnya. Ajarkan bahwa ia dapat menyenangkan diri sendiri tanpa perlu kehadiran orang lain.

5. Si Tergantung. Sangat tergantung pada Anda atau orang yang mengasuhnya. Makan banyak saat berada di pangkuan Anda. Mudah rewel jika Anda tinggalkan sendiri, walau sebentar. Selalu butuh ditemani di mana pun berada. Tidur pun harus ditemani hingg amatanya benar-benar terpejam. Malu-malu bila diperkenalkan dengan orang lain, bahkan merasa terancam jika tiba-tiba Anda melepasnya bersama orang lain.

Tantangan: Terlalu tergantung pada Anda.
Saran: Ajarkan kemandirian, misalnya menitipkan pada nenek dan kakek, atau pengasuh. Dengan begitu ia dapat berpisah dari Anda. Biasakan ia berada di antara bermacam orang.

sumber: ayahbunda.co.id

Mengenali 5 Tipe Bayi

Cara Mengatasi Eksim Susu Pada Bayi

Posted: 25 May 2012 02:54 AM PDT

Cara Mengatasi Eksim Susu Pada Bayi

Seringkali muncul di wajah atau badan bayi kita, berupa kulit kering, bersisik, kemerah-merahan dan terasa sangat gatal. Itulah yang dirasakan bayi jika ia terkena eksim di kulitnya. Ganguan kulit/ dermatitis atopik ini sering timbul pada pipi bayi yang dalam masa menyusui, sehingga populer disebut eksim susu.

Meski sering timbul di pipi, sebenarnya eksim ini bisa saja muncul di bagian lain tubuh bayi, seperti di bagian dalam siku, serta bagian belakang lutut. Jadi, munculnya gatal-gatal itu memang bukan karena ia alergi minum susu ibu atau sekadar tetesan ASI. Namun, penyebab pasti munculnya dermatitis atopik ini belum diketahui dengan jelas. Yang pasti, kemungkinan munculnya sangat kompleks, antara lain:
* Faktor keturunan. Mungkin ayah atau ibu memang penyandang alergi, meski tak selalu berupa eksim. Bisa jadi, orang tua mengidap asma, alergi terhadap debu atau makanan, dan sebagainya.
* Menderita alergi dan kulitnya rentan. Bekas kotoran di pipinya atau lingkungan sekitarnya kurang higienis, bisa memicu timbulnya gatal-gatal.
* Akibat lingkungan udara yang panas, kotor dan berdebu.

Eksim ini sangat gatal. Tak heran kalau si kecil lalu jadi sering rewel dan jika digaruk, maka bagian tersebut menjadi luka dan akan timbul infeksi. Meskipun begitu, Eksim ini tidak menular. Jadi, Ibu tak perlu khawatir dengan kakak atau keluarga dan anak lain yang ingin dekat-dekat dengan bayi. Namun harus tetap diperhatikan kebersihan, jangan sampai luka eksim terkena lingkungan yang kotor.

Beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi eksim ini antara lain:

* Segera bersihkan kulit pipi bayi yang terkena tetasan ASI atau susu, gunakan lap basah dan keringkan dengan bahan lembut.
* Gunakan sabun mandi bayi yang mengandung pelembap.
* Setelah mandi, olesi bagian yang tampak kering itu dengan pelembab.
* Jika bepergian, lindungi si kecil dari sinar matahari langsung, agar kulit tidak berkeringat dan tidak membuat lukanya perih.
* Pastikan sarung bantal dan spreinya benar-benar bersih dan tidak tersisa bekas sabun ketika mencucinya. Karena, sisa sabun cuci juga dapat mengiritasi kulit bayi.
* Hindari si kecil menggaruk bagian pipi yang gatal. Jika bayi masih kecil, pakaikan kaus tangan, atau potong saja kukunya agar tak melukai bagian yang gatal.
* Jika sampai terjadi luka dan tampak basah, segera bawa ke dokter agar ditangani lebih lanjut.

sumber: momthink.wordpress.com

Cara Mengatasi Eksim Susu Pada Bayi

Cara Mengobati Sakit Kuning pada Bayi

Posted: 24 May 2012 10:53 PM PDT

Cara Mengobati Sakit Kuning pada Bayi

Sebagian besar sakit kuning (jaundice) adalah keadaan fisiologis yang tidak membutuhkan penanganan khusus selain dilanjutkannya pemberian ASI yang cukup. Namun pada keadaan tertentu, jaundice memerlukan terapi khusus yaitu terapi cahaya atau exchange transfusion.

Terapi cahaya

Perlu tidaknya terapi cahaya ditentukan dari kadar bilirubin, usia gestasi (kehamilan) saat bayi lahir, usia bayi saat jaundice dinilai, dan faktor risiko lain yang dimiliki bayi, seperti digambarkan pada grafik 2.

Beberapa faktor risiko yang penting adalah:

  • Penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh sendiri)
  • Kekurangan enzim G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk berfungsi normal
  • Kekurangan oksigen
  • Kondisi lemah/tidak responsif
  • Tidak stabilnya suhu tubuh
  • Sepsis (keadaan infeksi berat di mana bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh)
  • Gangguan keasaman darah
  • Kadar albumin (salah satu protein tubuh) < 3.0 g/dL

Pada bayi yang menerima ASI yang harus menjalani terapi cahaya, pemberian ASI dianjurkan untuk tetap dilakukan. Namun ASI juga dapat dihentikan sementara untuk menurunkan kadar bilirubin dan meningkatkan efek terapi cahaya.
Selama terapi cahaya, beberapa hal ini perlu diperhatikan:

Pemberian ASI atau susu formula setiap 2-3 jam
Jika TSB ?25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 2-3 jam
Jika TSB 20–25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 3-4 jam
Jika TSB Jika TSB terus menurun, ulangi pengukuran dalam 8-12 jam
Jika TSB tidak menurun atau meningkat menuju batas perlunya exchange transfusion, pertimbangkan exchange transfusion

Pada penyakit hemolisis autoimun, pemberian {gamma}-globulin (gamma globulin) direkomendasikan jika TSB tetap meningkat dengan terapi cahaya atau TSB berada 2-3 mg/dL dari batas perlunya exchange transfusion. Pemberian ini dapat diulangi dalam 12 jam. Pemberian {gamma}-globulin dapat menghindari perlunya exchange transfusion pada bayi dengan ketidakcocokan rhesus atau golongan darah.
Penghentian terapi cahaya ditentukan oleh usia bayi saat dimulainya terapi tersebut, kadar bilirubin, dan penyebab jaundice. Pada bayi yang diterapi cahaya setelah sempat dipulangkan dari RS/RB pasca kelahiran, terapi cahaya umumnya dihentikan jika kadar bilirubin sudah di bawah 13-14 mg/dl. Pengukuran ulang bilirubin setelah 24 jam penghentian terapi direkomendasikan terutama pada bayi dengan penyakit hemolisis atau bayi yang menyelesaikan terapi cahaya sebelum usia 3-4 hari.

Exchange transfusion

Penanganan khusus lainnya yang mungkin diperlukan pada bayi dengan sakit kuning (jaundice)adalah exchange transfusion. Exchange transfusion adalah tindakan di mana darah pasien diambil sedikit demi sedikit dengan meningkatkan volume pengambilan pada setiap siklusnya, untuk kemudian digantikan dengan darah transfusi dengan jumlah yang sama. Panduan exchange transfusion ini dapat dilihat pada grafik 3.

Cara membaca kurva pada grafik ini sama dengan kurva pada grafik panduan terapi cahaya. Exchange transfusion dilakukan dengan segera pada bayi dengan gejala 'acute bilirubin encephalopathy' seperti meningkatnya ketegangan otot, meregangnya bayi dengan posisi seperti busur, demam, tangisan dengan nada tinggi, atau jika TSB ? 5 mg/dl di atas kurva yang sesuai. Jika kadar TSB berada pada level di mana exchange transfusion dibutuhkan atau ? 25 mg/dl, hal ini adalah keadaan gawat darurat dan harus segera ditangani.

Sumber: dr. Nurul Itqiyah H diambil dari sehatgroup.web.id

Cara Mengobati Sakit Kuning pada Bayi

Manfaat Membersihkan Mulut Bayi

Posted: 24 May 2012 08:49 PM PDT

Manfaat Membersihkan Mulut Bayi

Mulut bayi, seperti juga anggota tubuhnya yang lain, sebaiknya selalu dibersihkan. Karena meskipun gigi-geliginya belum tumbuh, rutinitas membersihkan mulut bayi sejak usia dini akan menanamkan kebiasaan bagi bayi untuk rajin membersihkan giginya kelak.Selain itu, tahukah ayah dan bunda bahwa Anda pun merupakan media yang potensial untuk perpindahan bakteri, entah saat memeluknya, mencium-ciumnya, atau saat bermain dengannya? Karena itu, penting untuk selalu menjaga kebersihan daerah mulut bayi.

Jadi, sebelum menyusui, misalnya, jangan lupa selalu mencuci tangan dan puting payudara. Bersihkan puting dengan kapas yang dibasahi air matang hangat, atau olesi dengan air susu bunda sendiri (ASI mengandung zat-zat anti kuman).Tujuan utama membersihkan bagian mulut bayi adalah untuk selalu menjaga kebersihan daerah oral. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kain yang lembut yang telah dibasahi dengan air matang hangat.

Namun, jika Anda menemukan bercak-bercak putih di mulut bayi setelah bayi minum ASI, padahal Anda sudah rajin membersihkan mulut bayi, Anda tidak perlu khawatir. Sisa-sisa ASI memang bisa menimbulkan bercak-bercak berwarna putih yang biasanya muncul pada bagian mulut, seperti bibir, bagian dalam pipi, langit-langit dan lidah. Tapi bercak-bercak putih sisa ASI itu tidak akan menimbulkan masalah kesehatan pada bayi.

Terkait soal bercak-bercak putih setelah menyusu, bunda perlu waspada jika bercak putih pada mulut bayi tersebut muncul setelah bayi minum susu formula.Sisa-sisa susu formula yang tak dibersihkan berpotensi menyebabkan tumbuhnya sejenis jamur, yaitu, Candida albicans. Susahnya, kalau jamur sampai tumbuh di mulut bayi, tidak bisa hanya dibersihkan dengan kain lembut. Jika dipaksa malah bisa menimbulkan luka. Obatnya hanya satu, yaitu dengan obat anti-jamur yang diteteskan ke mulut bayi.

Ayo bersihkan mulut bayi setelah bayi selesai menyusu. Kalau mulut bayi senantiasa bersih, bayi akan merasa nyaman, kesehatan mulut bayi terjaga dan tentu bayi merasa lebih segar. Bayi Bunda pun akan kebih nyaman dalam menyusu :) Berikut langkah-langkah membersihkan mulut bayi yang bisa Anda lakukan:

  • Cuci tangan
  • Siapkan potongan kasa steril dan air matang hangat
  • Gendong atau pangku bayi pada posisi wajahnya menghadap pada anda
  • Basahi kain kasa atau waslap dengan air matang hangat, lalu balut pada jari telunjuk Anda. Mulailah membersihkan mulut dari bagian luar, yaitu bibir dan sekitarnya.
  • Dengan bantuan jari tangan Anda, buka mulut bayi kemudian masukkan jari telunjuk Anda dan gosok perlahan gusi mulai dari bagian belakang atas hingga ke depan atas. Setelah selesai, bersihkan gusi bagian bawah dari belakang terus ke depan.
  • Jangan lupa bersihkan lidah bayi. Lakukan mulai dari pangkal lidah (ingat, jangan terlalu ke belakang), lalu perlahan-lahan ke bagian depan.

Biasakan membersihkan mulut bayi setidaknya pagi dan malam hari. Selain kain kasa, untuk membersihkan mulut bayi Anda bisa menggunakan sikat khusus yang bahannya terbuat dari plastik. Cara pemakaiannya dimasukkan ke telunjuk tangan.

sumber: momthink.wordpress.com

Manfaat Membersihkan Mulut Bayi

Cermati Pup Bayi

Posted: 24 May 2012 03:47 PM PDT

Cermati Pup Bayi

Bagi Ibu yang baru saja memiliki bayi, tentu banyak hal baru yang ditemui, yang terkadang membuat Ibu cemas dan bertanya-tanya. Dari warna dan pola pup bayi Ibu dapat diketahui apakah bayi Ibu normal atau mengalami masalah.

Pup bayi Ibu akan mengalami banyak perubahan selama beberapa bulan pertama, terutama saat Ibu mulai mengenalkan makanan padat. Namun perubahan yang paling terlihat adalah saat beberapa minggu pertama hidupnya.

Sekitar 24 jam setelah lahir, bayi akan pup atau buang air besar. Warnanya hitam kehijau-hijauan. Ini adalah mekonium atau kotoran pertamanya.

Mekonium adalah cairan ketuban yang tertelan bayi saat masih dalam kandungan. Kotoran tersebut berada di ususnya sejak 3 bulan sebelum ia dilahirkan. Setelah pup pertamanya itu, selanjutnya kotoran bayi akan berubah-ubah. Jangan takut jika pup bayi berubah-ubah karena pergerakan saluran cernanya. Ini sangatlah normal pada bayi. Pupnya akan berubah seiring dengan apa yang dimakannya dan dengan semakin berkembangnya bayi diiringi pertumbuhan bakteri normal usus.

Beda minum, beda warna kotoran. Sebenarnya, mekonium akan makin cepat terdesak keluar dari perut bayi jika ia disusui. Ini karena ASI yang pertama kali keluar selepas melahirkan, merangsang beroperasinya sistem pencernaan. Setelah itu, kotoran bayi akan berubah secara bertahap.

Beberapa hari setelah lahir, kotorannya berwarna hijau atau kuning. Ini adalah transisi antara mekonium dan kotoran hasil mengonsumsi ASI.
Minum ASI atau susu botol? Begitu bayi minum ASI secara teratur, kotorannya akan berwarna kuning cerah, baunya agak sedikit asam, dan bentuknya mirip butiran beras. Wajar bila dalam minggu-minggu pertama, bayi sering pup, terutama setelah kenyang menyusu. ASI memang lebih mudah dicerna, sehingga gampang dikeluarkan. Jika berbentuk mirip butiran beras, lembek seperti pasta, warna kuning cerah dan bau agak asam, ini biasanya merupakan kotoran yang dihasilkan setelah bayi mengonsumsi ASI secara teratur.Sebagai catatan, bayi yang diberi ASI akan buang air besar minimal 10 kali dalam sehari. Jadi, jangan keliru menganggap ini sebagai diare. Sedangkan kotoran bayi yang minum susu formula akan berwarna kuning pucat atau kuning kecokelatan, berbau asam agak tajam. Bentuknya juga lebih padat dibandingkan bayi yang diberi ASI. Maklumlah, namanya juga susu sapi, jadi tidak gampang dicerna seperti halnya ASI.
Frekuensi pola pup bayi yang mengkonsumsi ASI Ekslusif adalah : bisa 10x sehari pada hari ke 2 sampai hari ke 7 kelahiran, 2 sampai 6x sehari pada hari ke 8 sampai ke 21, 4x sehari sampai 4 hari sekali setelah berumur lebih dari 3 minggu. Sedangkan bayi yang mengkonsumsi susu formula bisa setiap hati tetapi keras sehingga bayi terlihat seperti sembelit.
Setelah mengonsumsi makanan padat, warna kotoran bayi akan beda lagi. Biasanya sih, kotorannya berwarna cokelat
Berbentuk cairan berwarna hijau atau kuning. Biasanya ini merupakan kotoran transisi antaramekonium dan kotoran yang terbentuk dari "sampah" ASI. Kotoran seperti ini keluar selama beberapa hari setelah bayi lahir.
Berbentuk cair, tanpa disertai ampas, dan berwarna hijau. Ini merupakan penampilan kotoran yang menandakan bahwa bayi mengalami diare.
Berbentuk bulat-bulat seperti kotoran kambing, padat dan keras, berwarna kehitaman. Ini merupakan penampilan kotoran yang menandakan bayi mengalami sembelit.
Jika warnanya berubah menjadi warna merah darah, mungkin saja ada perdarahan dekat saluran anus. Akan tetapi, perhatikan juga bahwa warna merah bisa saja karena pengaruh obat dan pewarna makanan. Segera kontak dokter anak jika itu terjadi, karena mereka bisa memberitahu Ibu apakah benar ada darah di dalam pup bayi.
Ibu boleh khawatir terhadap si bayi jika mendapatkan pupnya berwarna putih pucat untuk beberapa saat karena bisa saja ini merupakan tanda adanya gangguan dari liver. Jika warna pup berubah menjadi hitam seperti ter, bisa saja mengarah adanya perdarahan saluran cerna bagian atas di mana darah sudah berubah menjadi warna hitam seiring pup berjalan sepanjang saluran cerna menuju ke bawah.
Kalau tiba-tiba pup bayi berubah bentuk dan warna disertai reaksi menangis dan rewel, Anda perlu memberi perhatian ekstra. Terutama, beri perhatian pada makanan dan minuman yang Anda konsumsi yang bisa mempengaruhi komposisi gizi dalam ASI yang Anda produksi.

sumber: momthink.wordpress.com

Cermati Pup Bayi

Bahaya Sakit Kuning (Jaundice) dan Cara Mengenalinya

Posted: 24 May 2012 10:52 AM PDT

Bahaya Sakit Kuning (Jaundice) dan Cara Mengenalinya

Sebagian besar Sakit Kuning (Jaundice) tidak berbahaya. Namun pada situasi tertentu di mana kadar bilirubin menjadi sangat tinggi, kerusakan otak dapat terjadi. Hal ini terjadi karena walaupun secara normal bilirubin tidak dapat melewati pembatas jaringan otak dan aliran darah, pada kadar yang sangat tinggi pembatas tersebut dapat ditembus sehingga bilirubin meracuni jaringan otak. Keadaan akut pada minggu-minggu awal pasca kelahiran di mana terjadi gangguan otak karena keracunan bilirubin ini disebut sebagai 'acute bilirubin encephalopathy'. Bila keadaan tersebut tidak diatasi, kerusakan otak dapat berlanjut menjadi kronik dan permanen menjadi suatu kondisi yang disebut 'kernicterus'. Inilah alasan mengapa bayi baru lahir harus diperiksa dengan teliti untuk menilai ada tidaknya Sakit Kuning (Jaundice) dan ditangani secara tepat jika ditemukan adanya Sakit Kuning (Jaundice).

Bilirubin juga dapat menjadi sangat tinggi pada infeksi yang berat, penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh sendiri), atau kekurangan enzim tertentu.

Bagaimana penilaian Sakit Kuning (Jaundice)dilakukan?

Penilaian Sakit Kuning (Jaundice) dilakukan pada bayi baru lahir berbarengan dengan pemantauan tanda-tanda vital (detak jantung, pernapasan, suhu) bayi, minimal setiap 8-12 jam. Salah satu tanda jaundice adalah tidak segera kembalinya warna kulit setelah penekanan dengan jari. Cara menilai Sakit Kuning (Jaundice) membutuhkan cahaya yang cukup, misalnya dengan kadar terang siang hari atau dengan cahaya fluorescent. Jaundice umumnya mulai terlihat dari wajah, kemudian dada, perut, lengan, dan kaki seiring dengan peningkatan kadar bilirubin. Bagian putih mata juga dapat tampak kuning. Sakit Kuning (Jaundice) lebih sulit dinilai pada bayi dengan warna kulit gelap. Karena itu penilaian jaundice tidak dapat hanya didasarkan pada pengamatan visual. Jika ditemukan tanda Sakit Kuning (Jaundice) pada 24 jam pertama setelah lahir, pemeriksaan kadar bilirubin harus dilakukan. Demikian pula jika jaundice tampak terlalu berat untuk usia tertentu bayi atau ada keraguan mengenai beratnya Sakit Kuning (Jaundice) dari pengamatan visual.

Pemeriksaan kadar bilirubin dapat dilakukan melalui kulit (TcB: Transcutaneus Bilirubin) atau dengan darah (TSB: Total Serum Bilirubin). Kadar bilirubin yang diperoleh dari pemeriksaan ini dapat menggambarkan besar kecilnya risiko yang dihadapi si bayi, seperti terilustrasikan pada nomogram 1.

Sumber: dr. Nurul Itqiyah H
diambil dari sehatgroup.web.id

Bahaya Sakit Kuning (Jaundice) dan Cara Mengenalinya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi