Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi


Menu keju Untuk Bayi

Posted: 28 May 2012 10:53 PM PDT

Menu keju Untuk Bayi

Dari sebagian besar ibu-ibu mungkin bertanya-tanya,bolehkah bayi diberi keju. Hmm..berikut penjelasannya.

Kelebihan Keju
Karena keju merupakan susu yang dipadatkan, maka kandungan gizinya sebenarnya mirip dengan susu. Ia mengandung protein, vitamin, mineral, serta lemak. Kelebihan keju dibandingkan dengan susu terletak pada jumlah kalori yang dikandungnya. Setiap 100 gram keju bisa mengandung 326 kalori, atau sekitar 5 kali lipat yang dimiliki oleh susu.
Nah, untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, kalori dan protein yang terkandung dalam keju sangat baik untuk kecerdasan dan tumbuh kembangnya. Keju pun dinilai oleh para ahli gizi sangat baik untuk pertumbuhan gigi dan tulang anak.

Kekurangan Keju
Kekurangan keju terletak pada tingginya kadar garam dan lemak yang terkandung di dalamnya.
Jika anak terlalu banyak mengkonsumsi garam, dikhawatirkan ia akan menderita hipertensi di usia dewasanya. Garam yang terlalu banyak pun akan sangat sulit untuk diproses oleh ginjal si anak, sehingga nantinya bisa menimbulkan gangguan metabolisme. Kandungan lemak yang tinggi pun bisa menyebabkan obesitas pada anak.

Lalu, Bolehkah Memberikan Keju kepada Bayi Anda?
Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan:
1. Anda boleh memberikan keju setelah bayi Anda berusia 6 bulan
Menurut the American Dietetic Association, keju sudah bisa mulai diperkenalkan kepada balita sejak selesai masa pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Jenis keju yang aman untuk bayi adalah keju Cheddar dan keju Swiss. Anda bisa memperkenalkan keju dalam bentuk keju yang diserut halus dan diberikan sebagai tambahan dalam makanan pendamping ASI atau bubur.

Bagi balita yang berumur 1-3 tahun, keju dapat diberikan dalam bentuk potongan kecil-kecil (finger food), baik pada jadwal makan utama, atau sebagai makanan selingan. Soal batasan pemberian, the American Dietetic Association merekomendasikan sebanyak 30 gram/hari. Bentuk variasi penyajiannya antara lain:
- Sebagai campuran saus atau taburan dalam bentuk parutan pada selada buah atau olahan pasta.
- Bahan campuran atau diselipkan dalam sandwich keju atau roti bagel.
- Dicairkan menjadi bahan pencelup untuk teman makan finger food.
2. Pilihkan keju yang lunak dan sudah diproses (cheddar)
Di antara aneka jenis keju tersebut, ada 3 jenis keju yang aman untuk dikonsumsi anak batita, yakni:
- Keju cheddar. Umumnya, keju ini merupakan keju semi-keras. Jenis bakteri yang digunakan untuk memrosesnya adalah Streptococcus sp. Bakteri ini berfungsi menghasilkan asam laktat dari susu. Semakin lama proses pematangan keju, maka rasa dan aroma keju semakin tajam.
- Keju Swiss. Ciri khas jenis keju Swiss adalah "bolong-bolong" alias berlubang-lubang. Semakin baik mutu susu sapi, semakin banyak lubang-lubang yang akan terbentuk. Pembuatan keju Swiss menggunakan beberapa jenis bakteri. Salah satunya adalah Propionibacterium yang membuat keju ini berlubang-lubang dan memiliki rasa manis.
- Keju cottage. Merupakan keju yang tergolong rendah lemak, karena bahan bakunya susu tanpa lemak (nonfat). Cocok untuk balita yang mengalami kegemukan. Keju ini biasanya diberi tambahan rasa buah, seperti stroberi dan nanas. Keju cottage mudah rusak, sehingga harus disimpan di dalam lemari pendingin.
3. Untuk anak berusia > 1 tahun, batasi pemberian keju, maksimal 3 lembar setiap hari
4. Keju parmesan dan mozarella juga bisa dikonsumsi oleh anak
5. jangan menjadikan keju sebagai pengganti susu, karena keju merupakan makanan padat yang sedikit kandungan airnya

Menu keju Untuk Bayi

Sudah Sehatkah Makanan Bayi Anda

Posted: 28 May 2012 10:52 AM PDT

Sudah Sehatkah Makanan Bayi Anda

Setelah memberikan makanan bayi sehat alami menurut panduan, saatnya mengamati hasilnya pada bayi Anda. Benarkah makanan yang Anda berikan sudah sehat dan bergizi? Apakah porsinya sudah mencukupi? Nah, untuk memastikan bayi Anda mendapatkan makanan bergizi dengan porsi yang cukup, mari amati indikator berikut ini.

Indikator BAB
Buang air besar (BAB) bisa menggambarkan kecukupan asupan serat dalam makanan bayi Anda. Selalu sempatkan setiap hari mengamati rutinitas buang air besarnya dan amati pula kotorannya.

1. BAB minimum setiap pagi (bisa labih dari satu kali, tetapi tidak diare atau sakit perut).

2. BAB tanpa mengejan, kotoran keluar secara otomatis tanpa didorong.

3. BAB kotoran tenggelam, tidak mengambang.

4. BAB 2 menit, kotoran sudah keluar semua.

5. BAB merasa tuntas.

Jadi, jika bayi Anda tidak tidak setiap hari buang air besar atau selalu mengejan setiap kali buang air besar, benahi lagi asupan makanannya. Sebagian besar orangtua merasa sudah memberikan cukup makanan berserat, tetapi ternyata anaknya masih saja tidak lancar BAB. Jika hal itu terjadi, sadari bahwa setiap anak memiliki kebutuhan asupan serat berbeda. Jangan ragu meningkatkan lagi jumlah asupan makanan berserat, terutama beras merah, sayuran segar, buah segar, dan polong-polongan.

Gas buang (kentut) dan kotoran yang berbau terlalu tajam menusuk juga bisa mengindikasikan rendahnya asupan serat makanan. Cukup mengonsumsi buah-buahan segar, sayur-sayuran segar, beras merah, dan polong-polongan meningkatkan timbunan serat dalam usus besar yang menjadi makanan bagi "bakteri baik" penghasil vitamin K. Dengan demikian, "bakteri baik" berkembang biak dengan pesat, sebaliknya pertumbuhan "bakteri pembusuk" tetahan. Populasi "bakteri pembusuk" yang terbatas menekan terbentuknya gas berbau busuk sehingga bau khas gas buang dan kotoran wajar.

Sebaliknya, asupan serat yang rendah meningkatkan volume makanan pembentuk gas di dalam usus besar karena kotoran sulit dibuang tanpa serat yang cukup. Kecuali polong-polongan, makanan hewani merupakan sumber protein yang miskin serat dan biasanya tertahan lama dalam usus besar jika tidak ada serat. Padahal, sebagian besar makanan hewani kaya triptofan, salah satu asam amino penyusun protein yang mengandung belerang (sulfur). Nah, belerang dalam protein hewani inilah penyebab bau tajam menusuk pada gas buang dan kotoran anak. Oleh karena itu dampingi dengan asupan serat yang cukup.
Indikator flu atau demam

Amati bayi Anda. Apakah ia mudah terserang flu atau demam dibanding anak-anak seusia? Apakah dalam tiga bulan berturut-turut ia selalu menderita flu atau menderita demam tanpa flu dalam setiap bulan?

Serangan flu menandakan rendahnya sistem kekebalan tubuh. Demam menandakan adanya peradangan dalam sistem tubuh anak. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya asupan nutrisi penjaga imunitas, terutama vitamin C, betakaroten, dan seng (zinc). Coba amati apakah asupan buah-buahan segar, sayuran segar, dan ikan segar terlalu sedikit? Jika ya, perlahan-lahan tingkatkan lagi.

Indikator alergi makanan

Apakah bayi Anda termasuk yang memiliki gangguan alergi terhadap makanan tertentu atau bahkan beberapa jenis makanan? Pada dasarnya, menghindari makanan pencetus alergi saja tidaklah cukup. Alergi muncul barkaitan dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh. Semakin banyak makanan yang membuatnya alergi, bisa jadi hal itu mencerminkan semakin rendahnya imunitas anak. Oleh karena itu, tingkatkan sistem kekebalan tubuh bayi Anda. Perhatikan lagi asupan makanan penggenjot sistem kekebalan tubuh.

"Semakin kuat imunitas anak, semakin kebal ia terhadap gangguan alergi. Tingkatkan lagi konsumsi makanan penggenjot sistem kekebalan tubuh."
Indikator tinggi dan berat badan

Kecukupan gizi dan porsi makan bayi dapat diukur dengan berpedoman pada patokan ini. Jika berat badannya kurang dari patokan berat badan normal, patut diduga asupan makanan sumber kalorinya kurang. Perhatikan lagi porsi makan anak Anda.
Diambil dari: Dunia Balita

Sudah Sehatkah Makanan Bayi Anda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi