Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi


Cara Merawat Bayi dan Anak yang Kejang

Posted: 18 Jul 2012 08:09 PM PDT

Cara Merawat Bayi dan Anak yang Kejang

Demam pada bayi biasanya terjadi ketika tubuh mengalami infeksi (baik virus atau bakteri), misalnya infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih dan radang telinga. Demam sebenarnya bukan merupakan penyakit melainkan cara tubuh melawan infeksi penyakit (virus atau bakteri) yang menyerang masuk ke dalam tubuh. Suhu normal tubuh untuk anak-anak dan orang dewasa adalah 36,33 – 37,77oC. Kondisi demam terjadi apabila suhu tubuh lebih tinggi dari 38oC.

Demam yang sangat tinggi (suhu tubuh sangat tinggi) dapat menimbulkan kejang. Kejang atau yang dikenal juga dengan istilah step terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan yang tidak bisa dikendalikan dalam waktu tertentu.

Banyak orang tua yang cemas ketika mendapati anak-anak mereka demam tinggi disertai kejang. Biasanya kejang demam terjadi pada anak karena peningkatan suhu tubuh yang cukup tinggi di atas 38,5oC. Kejang demam juga bisa terjadi karena faktor keturunan pada anak yang memiliki riwayat kejang pada keluarga (orang tua dan saudara kandung).

Jenis kejang demam

Pada umunya kejang demam terbagi dua, yaitu :

  1. Kejang demam sederhana terjadi apabila kejang demam berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan biasanya akan berhenti sendiri. Kejang tidak terjadi berulang kali dalam waktu 24 jam.
  2. Kejang demam kompleks terjadi apabila kejang demam berlangsung lebih dari 15 menit, kejang berulang kali terjadi atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.

Bisa kejang dialami sekitar 2-3 % anak-anak. Umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun, tergantung dari toleransi tiap anak terhadap demam. Pada anak yang memiliki toleransi rendah, maka demam pada suhu tubuh 38oC sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak yang toleransinya normal, kejang baru terjadi bila suhu tubuh sangat tinggi mencapai 39oC atau lebih.

Apa ciri-ciri anak kejang demam?

- Tubuh nampak kaku
- Terjadi gerakan-gerakan kejut dari tangan dan kaki
- Punggung melengkung
- Gigi terkatup
- Bola mata mendelik/terbalik ke atas
- Keluar banyak air liur atau busa dari mulut
- Pada kasus yang berat disertai kehilangan kesadaran
- Berhenti bernapas sampai 30 detik
- Kehilangan kontrol pada kandung kemih dan perut yang kadang menyebabkan anak buang air kecil atau buang air besar tanpa disadari
- Lama kejang bervariasi, dari beberapa detik sampai beberapa menit

Apa akibat atau resiko yang mungkin terjadi?

Ada kemungkinan anak yang pernah terkena kejang, bisa mengalami kejang lagi. Pada umumnya kejang demam yang berlangsung kurang dari 5 menit tidak membahayakan dan tidak menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Biasanya setelah kejangnya berhenti anak akan tertidur dengan lelap.

Tetapi apabila kejang terjadi lebih dari 5 menit dan sering terjadi, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan otak yang berpengaruh pada menurunnya tingkat kecerdasan anak dan anak tumbuh kembangnya tidak optimal. Hal ini karena setiap kali kejang anak akan mengalami kerusakan sel karena terhambatnya aliran oksigen ke otak.

Bisa dibayangkan banyaknya sel otak yang rusak apabila anak sering mengalami kejang. Bila tidak ditangani dengan serius, beberapa kasus kejang demam dapat berkembang menjadi epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental.

Bagaimana cara mengatasi kejang demam?

Orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut bila anaknya demam:

  • Tetap tenang dan tidak panik.
  • Ukur suhu tubuh anak dengan teratur. Jika hasilnya menunjukkan angka 36oC – 37,5oC artinya suhu tubuh masih normal. Jika lebih dari 37,5oC maka kemungkinan anak terkena demam. Jika sampai 39oC berarti anak sudah mengalami demam tinggi.
  • Coba turunkan suhu tubuhnya dengan mengompres anak dengan handuk kecil yang dibasahi dengan air biasa atau air hangat (bukan dengan air es karena akan mengakibatkan anak menggigil). Hal ini untuk menurunkan suhu di permukaan tubuhnya karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kompres.
  • Jangan berikan makanan atau minuman segera setelah kejang behenti. Tunggu sampai anak benar-benar sadar, orang tua bisa memberikan banyak air putih, makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air untuk menggantikan cairan tubuh yang menguap akibat suhu tubuh tinggi.
  • Cukup banyak orang tua yang justru menyelimuti anak dengan selimut tebal dan mendekap anak ketika demam. Hal ini tidak disarankan karena justru akan meningkatkan suhu tubuhnya. Pada saat anak demam justru disarankan agar anak menggunakan pakaian yang tipis dan buatlah suhu ruangan agar tidak panas.
  • Sebagai pertolongan pertama anak dapat diberikan obat penurun panas seperti parasetamol dan Ibuprofen. Ini dimaksudkan untuk mencegah supaya jangan sampai anak mengalami demam tinggi yang bisa berakibat kejang.

Hal yang sebaiknya dilakukan orang tua apabila anak kejang

  • Kendorkan atau longgarkan pakaian anak.
  • Keluarkan segala sesuatu yang mungkin masih ada dalam mulut anak.
  • Posisikan terlentang dengan kepala miring. Hal ini agar anak tidak tersedak air liur/muntahnya dan tersumbat saluran napasnya. Air liur yang banyak keluar ini terjadi karena syaraf yang mengatur kelenjar air liur tidak terkontrol. Bersihkan muntahan atau air liur yang keluar dari mulutnya.
  • Jangan memasukkan apapun ke mulut anak agar tetap terbuka dengan mengganjal sesuatu di antara giginya misalnya memasukkan sendok ke dalam mulut karena dapat menyebabkan gigi anak patah.
  • Jangan memberikan obat atau minuman ketika anak masih kejang. Untuk menghindarkan bahaya tersedak, sebaiknya tunggu sampai anak benar-benar sudah sadar.
  • Jangan tinggalkan anak selama kejang.
  • Saat anak kejang jangan menahan gerakan kejangnya untuk menghindari patah tulang.
  • Biasanya kejang akan berhenti dengan sendirinya.
  • Catat lama waktu kejangnya dan amati bagian tubuh yang mengalami kejang untuk referensi dokter.
  • Bawa segera ke klinik atau rumah sakit terdekat apabila kejang berlangsung lebih dari 5 menit untuk pertolongan lebih lanjut dari dokter.

Rekaman otak atau electroencephaiografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin, karena tidak berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan terjadi kembali, dan juga tidak dapat diperkirakan apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari atau tidak. Pemeriksaan CT scan atau MRI juga tidak perlu untuk dilakukan.

Perlu juga diberikan obat anti kejang pada anak yang mengalami kejang demam dengan kasus seperti berikut:

  • Kejang demam berlangsung lebih dari 15 menit.
  • Terjadi kejang hanya di salah satu sisi tubuh/kiri atau kanan, disertai gejala syaraf yang berat, misalnya ada kelumpuhan sebelum atau sesudah kejang
  • Kejang terjadi berulang, 2 kali atau lebih dalam 1 hari.
  • Kejang Terjadi pada anak berumur kurang dari 1 tahun dan terjadi lebih dari 4 kali per tahun.

Pada anak-anak yang memiliki kecenderungan tinggi mengalami kejang demam, orang tua dapat memberikan anak obat anti kejang yakni diazepam, saat anak demam. Risiko kejang demam menjadi epilepsi umumnya hanya sebesar 2-3 %. Namun jika terjadi hal-hal seperti di atas, risiko kejang demam menjadi epilepsi dapat meningkat sampai 12 %.

Obat anti kejang lainnya yang biasa digunakan adalah luminal (phenobarbital). Obat ini sangat efektif tetapi sering menimbulkan efek samping seperti, anak menjadi hiperaktif, agresif, tidak suka belajar karena menurunnya daya konsentrasi.

Obat lainnya bernama valproate, menjadi pilihan utama karena efek sampingnya yang lebih sedikit, tetapi dapat menggangu fungsi hati bila diberikan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Pengobatan kejang demam dengan Valproate biasanya dilakukan selama 1 tahun.

Cara Merawat Bayi dan Anak yang Kejang

Ukuran Lingkar Kepala Normal Bayi

Posted: 18 Jul 2012 08:07 AM PDT

Ukuran Lingkar Kepala Normal Bayi

Parameter pertumbuhan yang seringkali diperhatikan dan dipantau orang tua terhadap bayi mereka adalah tinggi badan dan berat badan. Tak banyak orang tua yang menyadari bahwa ukuran lingkar kepala yang juga mencerminkan volume otak juga merupakan hal penting yang perlu selalu dipantau pertumbuhannya, untuk melihat apakah otak bayi tumbuh dan berkembang normal atau tidak.

Dengan mengukur dan memantau pertumbuhan ukuran lingkar kepala bayi, kelainan-kelainan yang mungkin saja terjadi pada otak akan segera bisa dideteksi, seperti mikrosefali yaitu ukuran lingkar kepala lebih kecil dari ukuran lingkar kepala normal atau makrosefali ukuran lingkar kepala lebih besar daripada ukuran lingkar kepala normalnya.

Seperti apa ukuran lingkar kepala normal bayi?

  • Pada bayi baru lahir (0 bulan) : ukuran lingkar kepala normal adalah 34 – 35 cm.
  • Pada bayi usia 0 – 3 bulan : akan terjadi penambahan ukuran lingkar kepala sebesar 2 cm per bulannya
  • Pada bayi usia 4 – 6 bulan : akan bertambah 1 cm per bulannya
  • Pada bayi usia 6 – 12 bulan : ukuran lingkar kepala akan bertambah 0,5 cm per bulan
  • Pada bayi usia 12 – 24 bulan (1 – 2 tahun) : ukuran lingkar kepala akan bertambah 2 cm per tahun

Sementara ukuran lingkar kepala normal untuk orang dewasa adalah 54 cm.

Bila berbeda dari ukuran lingkar kepala normal (perbedaannya sebesar 2 standar deviasi dari ukuran normal), maka ada kemungkinan bayi mengalami mikrosefali (lebih kecil dari ukuran normal) atau makrosefali (lebih besar dari ukuran normal) yang biasanya merupakan kelainan yang sudah dibawa sejak lahir. Namun, jangan langsung merasa cemas bila mendapati ukuran lingkar kepala anak lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal.

Perlu dilihat juga apakah ukuran lingkar kepala orang tuanya juga besar atau kecil. Bila seorang bayi mengalami ukuran lingkar kepala yang lebih besar dari ukuran normal (makrosefali) coba dicek (dilihat) apakah orang tuanya juga memang memiliki ukuran lingkar kepala yang besar. Bila memang demikian, maka kasus makrosefali yang terjadi pada bayi masih dikatakan normal. Begitu pula sebaliknya untuk kasus mikrosefali, harus dilihat juga bagaimana ukuran lingkar kepala orang tua.

Satu hal yang perlu segera diwaspadai, bila memang terjadi kelainan pada ukuran lingkar kepala bayi dan kelaianan tersebut tidak termasuk normal (tidak sesuai dengan ukuran kepala orang tua bayi) maka orang tua sebaiknya perlu segera membawa bayi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Karena hal itu menandakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan otak bayi tidak berjalan dengan normal.

Kelainan makrosefali atau mikrosefali yang tidak normal mungkin saja disebabkan karena adanya kelainan saraf pada otak bayi, terjadinya hidrosefalus (kepala bayi membesar karena adanya penumpukan cairan di otak), atau akibat adanya tumor. Hal inilah yang perlu segera mendapatkan penanganan serius dari tim medis. Kelainan yang tidak segera ditangani dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi kedepannya karena kelainan pada kepala merupakan kelainan yang terjadi pada otak, dimana otak merupakan organ vital yang paling penting bagi manusia untuk melakukan berbagai fungsi dalam kehidupan seperti kemampuan berpikir, kemampuan motorik, kemampuan bahasa, emosi dan sosial serta fungsi-fungsi penting lainnya.

Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan otak bayi terjadi pada tiga tahun pertama usianya. Oleh karena itulah pada masa-masa 3 tahun pertama ini disebut "golden age" yaitu masa-masa penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada saat lahir, berat otak bayi sekitar 350 gram (25 % ukuran otak orang dewasa) dan akan terus bertambah beratnya pada usia 1 tahun mencapai 1000 gram, usia 2 tahun mencapai 1200 gram dan pada usia 3 tahun sudah mencapai sekitar 80 % dan ukuran otak orang dewasa. Sementara pada orang dewasa, berat otaknya 1400 gram untuk pria dan 1250 gram untuk wanita.

Ukuran Lingkar Kepala Normal Bayi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi