Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi


Penanganan dan Pencegahan Hidrosefalus Pada Bayi

Posted: 04 Jan 2013 07:06 AM PST

Penanganan dan Pencegahan Hidrosefalus Pada Bayi

Hidrosefalus merupakan kondisi berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Jika tidak ditangani bisa berakibat fatal sampai kepada kematian. Dengan penanganan yang baik, penderita hidrosefalus dapat hidup normal meskipun dengan keterbatasan fisik dan mental. Penanganannya dapat meliputi operasi dengan memasukkan shunt, obat-obatan dan terapi/rehabilitiasi.

Pada bayi, bila hidrosefalus tidak segera ditangani maka akan menyebabkan jaringan otak tidak dapat berkembang dengan baik yang menimbulkan gangguan kecerdasan dan perkembangan motorik bayi terhambat.

Tujuan penanganan pada kasus hidrosefalus adalah untuk mengurangi atau mencegah kerusakan pada otak dengan cara memperlancar (mengalirkan) cairan CSF yang tersumbat keluar. Jika memungkinkan dapat dilakukan dengan jalan operasi untuk menghilangkan sumbatan pada otak. Jika tidak memungkinkan, penanganannya dilakukan dengan menempatkan pipa kecil bernama shunt di otak untuk mengalirkan cairan CSF keluar (ke bagian tubuh lain, seperti ke perut yaitu tempat dimana cairan tersebut dapat diserap selayaknya sistem penyerapan normal).

Kapan harus segera ke dokter?
Orang tua sebaiknya perlu cermat dan segera membawa ke dokter bila melihat tanda-tanda berikut ini:
- Pertumbuhan kepala yang tidak normal
- Susah membungkuk atau menggerakkan leher dan kepala
- Mengalami masalah dalam bernafas
- Anak tampak selalu ngantuk (berlebihan)
- Sangat susah makan
- Demam
- Nangis dengan nada melengking
- Tidak ada denyut jantung
- Kejang
- Sakit kepala parah
- Leher kaku
- Sering muntah tanpa sebab yang jelas

Bila Anda, anggota keluarga atau teman menunjukkan tanda dan gejala di atas sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk penanganan yang tepat dan pemeriksaan yang teliti. Pada umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan seperti USG (bila ubun-ubun kepala belum tertutup), CT (Computed tomography) scan dan MRI (magnetic resonance imaging) untuk mendapat gambaran di kepala.

Jika sudah dipastikan hidrosefalus, maka harus segera dilakukan tindakan sedini mungkin berupa operasi yang mengalihkan cairan otak yang menumpuk di dalam kepala ke dalam perut dengan pemasangan sebuah selang (Ventricular-peritoneal shunt/ VP shunt), sehingga cairan otak yang tersumbat dapat dialirkan. Tindakan VP Shunt bukanlah solusi akhir yang langsung menyelesaikan masalah hidrosefalus, melainkan hanya berupa tindakan darurat untuk membuang keluar cairan yang menumpuk di otak. Tingkat keberhasilan penanganan hidrosefalus dengan menggunakan VP shunt tergantung dari penyebabnya, kecepatan tindakan yang dilakukan, dan kondisi pasien saat dilakukan pemasangan VP shunt. Bila penyebabnya tumor, meskipun sudah dipasang VP shunt, tumornya tetap harus dioperasi.

Penanganan lainnya dapat meliputi:

Pemberian antibiotik jika terlihat tanda-tanda adanya infeksi, dan jika ada infeksi maka shunt harus dilepas.
Prosedur penangan lainnya yaitu endoskopik

Anak-anak akan diperiksa secara teratur untuk memastikan tidak ada masalah lebih lanjut, untuk memeriksa bagaimana perkembangan intelektual, saraf dan fisik.

Bagaimana cara mencegahnya Hidrosefalus?

Sebelum menikah, pasangan calon pengantin harus memeriksakan kondisi kesehatannya untuk mencegah kelainan bawaan pada bayi saat hamil nanti.
Sesudah menikah, khususnya selama masa kehamilan, harus dilakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke dokter agar dapat diketahui bagaimana kesehatan janin yang dikandung dan kemungkinan terjadinya hidrosefalus.
Pada masa bayi dan balita, hidrosefalus sering terjadi akibat infeksi otak yang mengganggu peredaran cairan otak karena TBC otak atau infeksi bakteri, virus, tumor dan jamur.
Lindungi selalu kepala anak dari cedera yang mungkin saja bisa berakibat yang membahayakan kesehatan anak.

Anda sebagai orang tua juga perlu untuk selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Kartu Ibu dan Anak (KIA). Lakukan pemeriksaan rutin dengan mengukur lingkar kepala setiap bulannya. Hal ini merupakan cara deteksi awal yang paling mudah dilakukan untuk mengetahui terjadinya hidrosefalus. Apabila ukuran lingkar kepala tidak berkembang sebagaimana mestinya, jangan ragu untuk memeriksanya ke dokter anak untuk segera ditindaklanjuti.

Penanganan dan Pencegahan Hidrosefalus Pada Bayi

Cara Melatih Potty (Toilet) Training Pada Bayi Balita

Posted: 03 Jan 2013 07:05 PM PST

Cara Melatih Potty (Toilet) Training Pada Bayi Balita

Potty training (toilet training) merupakan salah satu cara yang biasa dilakukan orang tua untuk melatih bayi agar bisa buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK) di toilet. Proses porry training tentu tidaklah mudah dan membutuhkan kesabaran dari orang tua. Terlalu memaksa anak agar mau menggunakan toilet saat buang air tidaklah boleh. Namun terlalu membiarkan anak terus-menerus buang air bukan di tempatnya tentu juga tidak baik. Untuk itu, orang tua perlu mengetahui tips dan kiat yang bisa dilakukan agar proses potty training bisa berjalan lebih lancar dan berhasil. Seperti apa tipsnya?

Ketika orang tua memperkenalkan potty ke anak, biarkan anak untuk mencobanya agar merasa nyaman tanpa anak harus melepas popoknya terlebih dulu atau dengan pakaian lengkap.

Mulai biasakan mengganti popok anak di kamar mandi. Ketika anak buang air besar di popok, biarkan anak melihat orang tua membuang kotorannya dari popok ke toilet dan menyiramnya. Ajarkan dan biarkan bila anak ingin menyiram atau mem-flush kotorannya di toilet sendiri.

Ketika terlihat tanda anak akan BAK atau BAB, orang tua bisa bertanya kepada anak "apakah perlu menggunakan toilet sekarang?" Bila anak mengatakan "Iya". Kemudian bawa anak ke toilet atau potty chairnya, menempatkannya untuk duduk di toilet dan katakan "ayo buang air kecil sekarang" atau "ayo buang air besar sekarang" misalnya. Ini membantu anak untuk membuat hubungan antara apa yang dia rasakan dan lakukan. Ini juga akan membantu anak memahami bahwa toilet adalah tempat ia harus melakukannya, sehingga ia mulai mengasosiasikan toilet dengan BAK dan BAB.

Tempatkan anak di toilet atau potty chairnya ketika bangun tidur di pagi hari, sebelum tidur siang dan malam, 15 menit setelah selesai waktu makannya, juga ketika anak terlihat mulai gelisah terlihat seperti ingin buang air kecil atau buang air besar.

Mulai catat dan perhatikan waktu anak buang air besar sehari-hari. Dengan begitu orang tua tahu kapan waktu yang tepat untuk mengantisipasi kebutuhannya dan dapat membantu anak untuk ke toilet pada waktunya.

Siapkan buku atau mainan/boneka anak yang dapat membuatnya nyaman dan tenang ketika menggunakan toilet atau potty chairnya. Bila pada waktu biasanya anak buang air kecil atau air besar ia sudah duduk di toilet namun ternyata tidak ingin buang air, anak bisa bermain kembali dan ke toilet atau potty chairnya lagi nanti bila merasakan kebutuhan untuk BAK dan BAB.

Pada sebagian anak mendengar suara air kran yang mengalir atau menuangkan sedikit air di atas alat kelaminnya saat di toilet bisa membuatnya buang air kecil.

Untuk memudahkan orang tua membersihkan potty chair anak, tuangkan sedikit air di potty chair sebelum membiarkan anak menggunakannya.

Usahakan agar anak tidak memakai pakaian yang berlapis-lapis atau terlampau ketat yang meyulitkan anak untuk membuka pakaian atau celananya saat ingin BAK dan BAB.

Saat latihan ini biasanya anak masih memakai popok saat malam hari. Tapi bila orang tua memutuskan untuk tidak memakaikan popok ke anak saat malam hari tunjukkan pada anak apa yang harus dilakukan saat malam hari jika terbangun dan perlu pergi ke toilet atau potty chairnya. Nyalakan lampu kecil sehingga anak dapat berjalan ke kamar mandi tanpa takut gelap.

Beritahukan pengasuh anak atau anggota keluarga lain jadwal potty training anak apabila orang tua akan pergi keluar rumah tanpa anak.

Jika latihan berlangsung lebih dari tiga minggu tanpa ada hasil, coba gunakan papan target untuk anak menempel stiker tanda berhasil BAB dan BAK sendiri.

Ajarkan anak kebiasaan untuk membasuh bokongnya sendiri segera setelah ia tampaknya mampu melakukannya sendiri (ingatlah anak mungkin tidak akan mampu untuk melakukan hal ini dengan baik sampai ia berumur sekitar 5 tahun). Anak perempuan harus ditunjukkan bagaimana untuk menyeka dari depan ke belakang (bukan sebaliknya) untuk menghindari masuknya bakteri.

Ajarkan anak kebiasaan untuk mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

Pastikan orang tua memiliki persediaan celana dan kantong plastik yang cukup ketika perjalanan jauh dengan anak, apabila anak masih dalam tahap pelatihan toilet (potty training). Orang tua juga bisa membawa beberapa popok sekedar untuk berjaga-jaga apabila persediaan celana sudah terpakai semua. Untuk perjalanan yang singkat, pastikan kalau anak sudah ke toilet sebelum pergi meninggalkan rumah.

Bila orang tua merasa kurang yakin dan memutuskan untuk memakaikan anak popok sebelum bepergian jauh, katakan pada anak untuk menganggap popok ini seperti celananya. Beritahu anak untuk tidak segan memberitahu orang tua apabila timbul keinginan untuk BAB dan BAK di tempat umum dan harus menggunakan toilet umum.

Jika anak pergi ke tempat penitipan anak, katakan kepada guru di tempat penitipan anak tersebut untuk membantu proses pelatihan toilet ini selama anak berada di tempat tersebut, sehingga proses potty training terus berjalan mulus (di dalam dan luar rumah). Cukup banyak anak yang sukses BAB dan BAK sendiri karena melakukan latihan pergi ke toilet bersama dengan teman-teman sebaya di tempat penitipan anak.

Apabila anak memiliki kakak yang sudah besar dan tidak menggunakan popok, ia mungkin akan tertarik untuk menggunakan toilet juga dengan belajar dari sang kakak.

Biarkan anak untuk melihat ke dalam toilet apabila acara buang airnya berhasil. Beri anak banyak perhatian dan pujian positif ketika dia berhasil melakukan BAK dan BAB sendiri di toilet atau potty chairnya.

Kalaupun terjadi 'kecelakaan' hindari untuk menghukumnya dan jangan menyalahkannya. Katakan saja bahwa sebaiknya lain kali anak melakukan pada tempatnya. Wajah marah dan kata-kata bernada kecewa orang tua, hanya akan membuat anak takut dan malah lebih sering tidak mau mengatakan bahwa ia ingin BAK dan BAB . Berilah contoh cara menggunakan toilet sehari-hari yang baik dengan sabar sampai si kecil lebih mengerti.

Semoga bermanfaat!

Cara Melatih Potty (Toilet) Training Pada Bayi Balita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi

Cara Merawat Bayi